Jumat, 06 Maret 2009

Metode Penafsiran Al-Qur'an Menurut Imam Al-Ghazali

Judul: Metode Penafsiran Al-Qur'an Menurut Imam Al-Ghazali

Oleh: Bustanol Arifin



ABSTRAK


Di antara metode tafsir yang berkembang pada masa al-Ghazali adalah tafsir dengan corak su>fi dan fiqhi. Ketika itu, tafsir su>fi cenderung mengabaikan sisi zahir ayat dan sumber-sumber yang diperoleh secara ma's\u>r, sehingga penafsiran terhadap al-Qur'an menjadi tidak terkontrol dan sangat membahayakan terhadap pemahaman religius. Sementara metode tafsir fiqhi> yang berkembang saat itu terlalu kaku memegang sisi zahir dan sumber-sumber ma's\u>r dalam menafsirkan dan memahami al-Qur'an, sehingga al-Qur'an nampak hanya sebagai dogma hukum yang statis dan beku.

Menyikapi fenomena tersebut, imam al-Ghazali berusaha menawarkan sebuah metode penafsiran komprehensif terhadap al-Qur'an. Dengan metode penafsirannya ini, ia berusaha mendamaikan tafsir tekstual dan kontekstual, eksoterik dan esoterik serta ma's\u>r dan ra'yu. Memang selama ini sosok al-Ghazali lebih dikenal sebagai tokoh sufi daripada seorang mufasir al-Qur'an, padahal al-Ghazali sendiri konon pernah menulis kitab tafsir dengan judul Ya>qu>t al-Ta'wi>l fi> Tafsi>r al-Tanzi>l (Mutiara Ta'wil dalam Penafsiran al-Qur'an) yang terdiri dari 40 jilid dan bahkan dalam magnum opusnya yang berjudul Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, al-Ghazali menyediakan bab khusus yang memuat tentang etika membaca dan memahami al-Qur’an di samping ada juga karya beliau yang secara khusus mengkaji tentang al-Qur’an, yaitu Jawa>hir al-Qur'a>n wa Duraruhu.

Dengan demikian, untuk mengetahui secara detail mengenai tawaran metodologis penafsiran al-Ghazali terhadap al-Qur’an, maka permasalahan yang perlu dijawab adalah: Bagaimana metode penafsiran al-Qur'an yang ditawarkan oleh al-Ghazali? dan bagaimana aplikasi penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an?

Untuk mendapatkan data yang obyektif dari permasalahan tersebut di atas, maka penyusun menggunakan metode deskriptif-analitis yakni mencoba mendeskripsikan metode penafsiran yang ditawarkan oleh al-Ghazali beserta faktor yang melatarinya serta menganalisa peta metodologis dari penafsirannya.

Dalam Jawa>hir al-Qur'a>n wa Duraruhu, al-Ghazali membuat klasifikasi surat dan ayat al-Qur'an menjadi enam kelompok. Menurut al-Ghazali, masing-masing kelompok tersebut memiliki kriteria etis tersendiri dalam memahami dan menafsirkannyanya, misal ketika berhadapan dengan ayat-ayat eskatologis, al-Ghazali menggunakan penafsiran tekstual, namun ketika berjumpa dengan ayat-ayat kauniyyah, al-Ghazali menggunakan metode kontekstual, dan begitu seterusnya.

Dari sini dapat dilihat, betapa metode penafsiran yang ditawarkan al-Ghazali memiliki keistimewaan tersendiri, terutama terletak pada kemampuannya memberi tempat pada berbagai metode penafsiran sesuai proporsinya dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, dengan tetap mempertimbangkan nilai aqidah, is}la>h (syari’ah),dan akhlak. Pola penafsiran ini juga membuka kreatifitas dan produktifitas metode penafsiran di kalangan ummat Islam sehingga al-Qur’an akan mampu aktual di tengah-tengah ummatnya dalam berbagai konteks dan zaman.





3 komentar:

  1. terima kasih mbak info tafsir nya
    jadi tambah ilmu
    tengkyu

    BalasHapus
  2. terimah kasih atas informasinya tentang metode penafsiran al-Ghazali. terusterang bahwa baru kali ini sy memahami secara jelas bahwa Imam adalh juga seorang mufassir. selama ini kta banyak mengetahui bahwa beliau adalah ahli fikh, filsafat dan tasawuf. bgman caranya klu kita ingin mengambil data skripsi tersebut?

    BalasHapus

Kabar Terakhir

Kamis, 27 September 2007 BEDAH FILM "BABLE" Pada 21 September 2007 lalu, BEM Jurusan Tafsir dan Hadis mengadakan Bedah Film ”Babel” dengan pembedah Najib Kaelani. Tidak hanya itu, ”pembedahan” juga dilakukan oleh BEM jurusan itu dengan bentuk Bedah Skripsi Mahasiswa, Bedah Wacana, dan Bedah Disertasi. Bedah skripsi yang belum lama digelar adalah skripsi bertajuk ”Kelas Sosial dalam al-Qur’an”, sedangkan bedah wacana mengambil tema ”Pergeseran Paradigma Penafsiran al-Qur’an”. Sementara itu, bedah disertasi dilakukan oleh Millah Ibrahim pada karya Dr. Waryono Abdul Ghafur. Menurut Ketua BEM Jurusan Tafsir dan Hadis, Lien Iffah Naf’atu Fina, kegiatan ”pembedahan” itu akan terus dilakukan untuk pengembangan keilmuan dan wawasan mahasiswa Jurusan Tafsir dan Hadis. ”Kami juga menerbitkan buletin Jum’at bernama Al-Burhan yang terbit satu bulan sekali dan sampai saat ini sudah terbit tiga kali. Buletin itu kami buat untuk menjadi wadah kemampuan menulis mahasiswa TH sekaligus menjadi sumbangsih kami bagi dunia TH dalam menyelesaikan problem perspektif di TH, ” jelas Lien, gadis berkaca mata itu, ketika menutup laporannya. (AS) sumber: Admin TH (Tafsir Hadits)